Beauty

Ads

Analisis Perbedaan Kandungan Karbohidrat Varietas Beras dan Pengaruh pada Penderita Diabetes Melitus


Analisis Perbedaan Kandungan Karbohidrat Varietas Beras dan Pengaruh
pada Penderita Diabetes Melitus

Nunung Nurjanah (1415106080)

            Beras merupakan panganan pokok urutan pertama bagi warga Indonesia dan negara lainnya. Beras memiliki kandungan karbohidrat yang lebih tinggi dibandingkan dengan jagung dan umbi-umbian. Indonesia memiliki varietas beras yang berbeda dari segi warna, yaitu beras putih (Oryza sativa L.), beras hitam (Oryza sativa L.), dan beras merah (Oryza sativa L.). Beberapa varietas beras tersebut memiliki kandungan zat kimia yang berbeda-beda terutama kandungan karbohidrat. Varietas beras tersebut juga memiliki karakteristik yang berbeda walaupun masih dalam satu jenis yang sama, karena berasal dari daerah yang berbeda dengan kontur tanah yang berbeda pula.
            Beras putih (Oryza sativa L.) merupakan makanan pokok mayoritas masyarakat di Indonesia. Beras putih pada umumnya dijadikan sebagai nasi atau tepung dalam pembuatan kue. Beras putih memiliki warna putih karena memiliki sedikit aleuron. Aleuron terdapat pada kulit ari beras, pada saat pemrosesan padi kulit ari dibuang sehingga beras putih memiliki aleuron yang sedikit, dan kandungan amilosa umumnya sekitar 20%.
            Beras merah (Oryza nivara) merupakan bahan pangan pokok lain di Indonesia selain beras putih yang bernilai kesehatan tinggi. Selain mengandung karbohidrat, lemak, protein, serat dan mineral, beras merah juga mengandung antosianin. Antosianin merupakan pigmen merah yang terkandung pada pericarp dan tegmen (lapisan kulit) beras, atau dijumpai pula pada setiap bagian gabah (Chang & Bardenas, 1965). Kandungan antosianin yang terdapat pada beras merah berfungsi sebagai antioksidan. Selain itu, beras merah juga merupakan salah satu jenis beras yang tidak digiling, berbeda dengan beras putih. Sehingga memiiki aleuron yang banyak karena hanya bagian luar saja yang harus dibuang. Beras merah mampu menurunkan risiko penyakit Diabetes Melitus tipe 2, karena aleuron mengandung unsur magnesium yang mampu meningkatkan metabolisme glukosa di dalam darah dengan meningkatkan sekresi dari hormon insulin. Kandungan serat pada beras merah juga mampu memperlambat penyerapan gula ke dalam darah. Kandungan Gamma Butiric Acid (GABA) yang lebih tinggi dibandingkan dengan beras putih mampu menstimulasi sel beta pankreas untuk menghasilkan produksi hormon insulin lebih banyak. Penelitian juga menunjukkan bahwa indeks glikemik beras merah lebih rendah dari pada beras putih, sehingga beras merah dapat dijadikan sebagai alternatif untuk mencegah penyakit Diabetes Melitus tipe 2.
            Beras hitam merupakan varietas lokal yang mengandung pigmen berwarna hitam, berbeda dengan beras putih atau beras warna lain. Beras hitam memiliki pericarp, aleuron dan endosperm yang berwarna yang berwarna merah-biru-ungu pekat, warna tersebut menunjukkan adanya kandungan antosianin. Beras hitam mempunyai kandungan serat pangan (dietary fiber) dan hemiselulosa masing-masing sebesar 7,5%dan 5,8%, sedangkan beras putih hanya sebesar 5,4% dan 2,2%. Beras hitam non organik memiliki kadar nonkarbohidrat seperti polimer lignin. Kekerasan beras yang terendah juga dimiliki oleh beras hitam yang dipengaruhi oleh kadar air, maupun lama penyimpanan beras. Sehingga beras hitam biasanya akan lebih lunak karena memiliki amilosa yang rendah dan suhu gelatinisasi sedang.
            Menurut Juliano (1993), berdasarkan kandungan amilosanya, beras dapat dibedakan menjadi beras ketan yaitu kadar amilosanya kurang dari 10%, beramilosa rendah yaitu kadar amilosanya 10-20%, beras yang beramilosa sedang yaitu kadar amilosanya 20-25%, dan beras yang beramilosa tinggi yaitu kadar amilosanya lebih dari 25%. Indeks glikemik adalah tingkatan pangan menurut efeknya terhadap gula darah. Pangan yang menaikkan kadar gula darah dengan cepat memiliki Indeks glikemik yang tinggi. Sebaliknya, pangan yang menaikkan kadar gula darah yang lambat memiliki indeks glikemik yang rendah.
            Berdasarkan sifat fisik yang diteliti menunjukkan nilai kekerasan beras yang terendah dimiliki oleh sampel beras hitam organik (6,00 Kgf) sedangkan nilai terbesar dimiliki oleh beras putih non organik (6.99 Kgf). Untuk nilai bobot seribu butir yang terendah dimiliki oleh sampel beras merah organik (15.7 g) sedangkan yang tertinggi dimiliki oleh beras putih non organik (22.0 g). sedangkan uji amilografinya menunjukkan suhu gelatinisasi yang tertinggi dimiliki oleh sampel beras hitam organik (90°C), sedangkan suhu gelatinisasi yang terendah dimiliki oleh sampel beras merah non organik (83°C). Sedangkan sifat kimia yang diteliti adalah kandungan serat, protein dan gula reduksi. Hasilnya menunjukkan kandungan serat tertinggi dimiliki oleh sampel beras hitam organik sebesar 7,6970% b/b, seangkan kandungan serat terendah dimiliki sampel beras putih non organik (0,42008% b/b). untuk kandungan protein nilai tertinggi dimiliki oleh sampel beras putih organik (8.7049 %) sedangkan nilai kadar protein terendah dimiliki oleh sampel beras merah non organic (6,9325%). Sedangkan untuk nilai gula reduksi yang tertinggi dimiliki oleh sampel beras putih organik (0.1395%) sedangkan nilai gula reduksi yang terendah dimiliki oleh sampel beras hitam organik (0.0893%).
            Pengurangan asupan karbohidrat diperlukan bagi penderita Diabetes Melitus tipe 2 dan penderita obesitas. Pengurangan asupan karbohidrat tersebut berhubungan dengan penurunan berat badan, kadar glukosa dalam darah dan A1C. Penatalaksanaan penyakit Diabetes Melitus terdiri dari penggunaan obat, suntik insulin, edukasi, olahraga dan pengelolaan pola makan. Pengelolaan pola makan yang dianjurkan untuk penderita Diabetes dikenal dengan diet J yaitu jumlah, tepat jadwal dan tepat jenis. Bahan makanan yang mengandung karbohidrat tinggi diantaranya adalah beras.
          Karena beras memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi, maka konsumsi beras sangat berperan dalam diet yang dilakukan oleh penderita Diabetes Melitus. konsep lama menganjurkan  agar membatasi konsumsi beras dan beralih mengkonsumsi umbi-umbian. Hal tersebut dikarenakan ada anggapan bahwa beras merupakan panganan yang hiperglikemik, yang bisa menaikkan kadar glukosa dalam darah dengan cepat. Padahal respon glikemik beras sangat bervariasi, tergantung dari beberapa faktor dalam cara pengolahan dan jenis beras yang dikonsumsi. Pati merupakan komponen utama dalam karbohidrat yang merupakan faktor penting dalam memengaruhi perubahan kadar glukosa dalam darah. Komponen karbohidrat lain yang merupakan salah satu faktor yang memengaruhi perubahan kadar glukosa darah yaitu kandungan serat pangan dan daya cerna pati. Simpulannya adalah masing-masing varietas beras memiliki kandungan kimia yang berbeda-beda, baik dari karbohidrat maupun kandungan lainnya.


Daftar Pustaka

Hernawan, Edi dan Meylani, Vita. 2016. Analisis Karakteristik Fisikokimia Beras Putih, Beras     Merah, dan Beras Hitam (Oryza sativa L., Oryza nivara dan Oryza sativa L. Indica).    Universitas Siliwangi: Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada. Volume 15, Nomor 1, 79-91.
Jumali, dkk. 2008. Nilai Indeks Glikemik Beras Beberapa Varietas Padi. Jawa Barat:           Penelitian Pertanian Tanaman Pangan. Volume 27, Nomor 3, 127-134.
Alindah, Nor, dkk. 2016. Analisis Kandungan Karbohidrat, Serat, dan Indeks   Glikemik pada Hasil Olahan Beras Siam Unus sebagai Alternatif Makanan    Selingan Penderita Diabetes Melitus. Banjar Baru: Jurkessia. Volume 7,    Nomor 1, 1-9.
Share on Google Plus

About Rizal18

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar:

Posting Komentar