BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kurikulum dan pembelajaran merupakan dua hal yang tidak
dapat dipisahkan sebagai suatu rencana atau program, kurikulum tidak akan bermakna
manakala tidak diimplementasikan dalam bentuk pembelajaran. Demikian juga sebaliknya,
tanpa kurikulum yang jelas sebagai acuan, maka pembelajaran tidak akan
berlangsung secara efektif. Persoalan tentang bagaimana mengembangkan suatu kurikulum,
bukanlah hal yang tidak mudah dan tidak sederhana yang kita bayangkan. Dalam
pengembangan kurikulum ada komponen-komponen kurikulum yang harus diperhatikan
antara lain komponen tujuan, komponen isi, komponen metode dan komponen
evaluasi (Harahap, 2014).
Mulyasa (2013: 1) mengungkapkan dalam konteks nasional,
kebijakan perubahan kurikulum merupakan politik pendidikan yang berkaitan
dengan kepentingan berbagai pihak, bahkan dalam pelaksanaannya seringkali
dipolitisir untuk kepentingan kekuasaan. Sekolah sebagai pelaksanaan
pendidikan, baik pengawas, kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan nonguru,
maupun peserta didik sangat berkepentingan dan akan terkena imbasnya secara
langsung dari setiap perubahan kurikulum. Disamping itu, orang tua, dan
masyarakat pada umumnya, dunia usaha dan industri, serta para birokrat, baik di
pusat maupun di daerah akan terkena dampak dari perubahan kurikulum tersebut,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Demikian halnya dengan pengembangan
dan penataan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP 2006) menjadi K-13 akan
memberikan dampak kepada berbagai pihak.
Salah satu aspek yang mempengaruhi kualitas dari sebuah
pendidikan adalah kurikulum. Disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana
dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Kurikulum itu selalu dinamis dan senantiasa dipengaruhi
oleh perubahan-perubahan dalam faktor-faktor yang mendasarinya (Nasution, 1999:
251).
Harahap (2014: 1) mengungkapkan kurikulum 2013 dinilai mulai
diragukan efektivitasnya. Ada beberapa hal penting yang patut diperhatikan,
pertama adalah guru tidak siap mengajarkan kurikulum ini dan yang kedua adalah
infrastruktur belum tersedia sepenuhnya. Hal ini yang berpotensi akan
mempengaruhi penerapan kurikulum ini adalah pergantian rezim di kementrian
pendidikan dan kebudayaan (Kemendikbud) pasca pemelihan presiden (Pilpres)
2014.
Model kurikulum berbasis kompetensi ditandai oleh
pengembangan, kompetensi berupa sikap, pengetahuan, ketrampilan berpikir, dan
ketrampilan psikomotorik yang dikemas dalam berbagai mata pelajaran. Kompetensi
yang termasuk sikap dan keterampilan dikemas dalam setiap mata pelajaran dan
bersifat lintas mata pelajaran dan diorganisasikan dengan memperhatikan prinsip
penguatan (Organisasi Horizontal) dan berkelanjutan (Organisasi Vertikal)
sehingga memenuhi prinsip akumulasi dalam pembelajaran.
Putri (2013: 65) mengungkapkan tujuan pengembangan K-13
seperti yang dikemukakan di berbagai media massa, bahwa melalui pengembangan
K-13 kita akan menghasilkan insan indonesia yang produktif, kreatif, inovatif,
afektif, melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang
terintegrasi. Dalam hal ini, pengembangan kurikulum difokuskan pada pembentukan
kopetensi dan karakter peserta didik, berupa paduan pengetahuan, ketrampilan,
dan sikap yang dapat didemonstrasikan peserta didik sebagai wujud pemahaman
terhadap konsep yang akan di pelajarinya secara konstektual. K-13 memungkinkan
para guru menilai hasil belajar peserta didik dalam proses pencapaian sasaran
belajar, yang mencerminkan penguasaan dan pemahaman atas apa yang di pelajari.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas,
maka rumusan masalah dalam penelitian ini dibagi menjadi dua tahapan, yaitu:
a. Identifikasi
Masalah
Masalah-masalah yang
dialami oleh guru Biologi di MA Nurul Huda antara lain ketidaksiapan guru dalam
menerapkan Kurtilas dan infrastruktur belum tersedia sepenuhnya.
b. Pembatasan
Masalah
Agar penelitian
terarah dan tepat sasaran, maka perlu adanya batasan masalah dalam penelitian
ini yaitu:
1) Penelitian
ini ditekankan pada problematika Guru Biologi dalam pelaksanaan Kurtilas.
2) Penelitian
ini dilakukan kepada Guru Biologi Kelas X di MA Nurul Huda Beringin.
c. Pertanyaan
Penelitian
1) Bagaimana
kesulitan yang dialami Guru Biologi Kelas X di MA Nurul Huda Beringin?
2) Bagaimana
persiapan Guru Biologi Kelas X di MA Nurul Huda Beringin dalam pelaksanaan
Kurtilas?
3) Apa
saja pengaruh yang dirasakan Guru Biologi Kelas X dalam pelaksanaan Kurtilas di
MA Nurul Huda?
C. Tujuan
Penelitian
Berdasarkan masalah yang diteliti, maka
tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui
berbagai kesulitan yang dialami Guru Biologi Kelas X di MA Nurul Huda Beringin
pada saat menerapkan Kurtilas?
b. Mengetahui
persiapan apa saja yang Guru Biologi Kelas X lakukan dalam pelaksanaan Kurtilas
di MA Nurul Huda.
c. Mengetahui
pengaruh-pengaruh yang dirasakan Guru Biologi Kelas X dalam pelaksanaan Kurtilas di MA Nurul
Huda.
D. Manfaat
Penelitian
a. Bagi
Siswa
Siswa mendapatkan
Kurikulum sesuai yang berlaku saat ini dengan penyampaian yang tepat dari
Gurunya.
b. Bagi
Guru
Guru memperoleh
wawasan yang lebih luas mengenai Kurikulum 2013 agar penerapannya lebih terarah
dan lebih baik.
c. Bagi
Lembaga Pendidikan
Sebagai bahan masukan
untuk meningkatkan mutu pendidikan dan memperkaya wawasan mengenai Kurtilas.
BAB
II
KAJIAN
TEORI
A.
Teori yang relevan
1. Problematika
a.
Pengertian problematika
Istilah problema/problematika berasal dari
bahasa Inggris yaitu problematic yang artinya persoalan atau masalah.
Sedangkan dalam bahasa Indonesia, problema berarti hal yang belum dapat dipecahkan;
yang menimbulkan masalah; permasalahan; situasi yang dapat didefinisikan
sebagai suatu kesulitan yang perlu dipecahkan, diatasi atau disesuaikan (Sutan
Rajasa, 2002: 499).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
problematika mempunyai arti: masih menimbulkan masalah, hal yang masih belum
dapat dipecahkan permasalahan. Sedangkan Syukir (1983: 65), menyatakan bahwa
problematika adalah suatu kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang
diharapkan dapat diselesaikan atau dapat diperlukan atau dengan kata lain dapat
mengurangi kesenjangan itu. Uraian pendapat tentang problematika adalah
berbagai persoalan-persoalan sulit yang dihadapi dalam proses pemberdayaan,
baik yang datang dari individu (faktor internal) maupun dalam upaya
pemberdayaan SDM atau guru dalam dunia pendidikan.
b. Problematika
guru
Secara umum problem yang dialami oleh para
guru dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu problem yang berasal dari
diri guru yang bersangkutan dan problem yang berasal dari dalam diri guru lazim
disebut problem internal, sedangkan yang berasal dari luar disebut problem
eksternal.
1) Problem
internal
Menurut Nana Sudjana (1998: 41), bahwa
problem internal yang dialami oleh guru pada umumnya berkisar pada kompetensi
profesional yang dimilikinya, baik bidang kognitif seperti penguasaan
bahan/materi, bidang sikap seperti mencintai profesinya (kompetensi
kepribadian) dan bidang perilaku seperti keterampilan mengajar, menilai hasil
belajar siswa (kompetensi pedagogis) dan lain-lain.
a) Menguasai
bahan/materi
Menguasai materi harus dimulai dengan
merancang dan menyiapkan bahan ajar/materi pelajaran yang merupakan faktor
penting dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran dari guru kepada anak didiknya.
Agar proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik, rancangan dan penyiapan
bahan ajar harus cermat, baik dan sistematis. Rancangan atau persiapan bahan
ajar/materi pelajaran berfungsi sebagai pemberi arah pelaksanaan pembelajaran,
sehingga proses belajar mengajar dapat terarah dan efektif. Namun hendaknya
dalam merancang dan menyiapkan bahan ajar disertai pula dengan gagasan/ide dan
perilaku guru yang kreatif, dengan memperhatikan segenap hal yang terkandung
dalam makna belajar peserta didik (Iskandar, 2010: 54).
b) Mencintai
profesi keguruan
Bertolak dari kompetensi guru yang harus
dimiliki oleh guru dan adanya keinginan kuat untuk menjadi seorang guru yang
baik, persoalan profesi guru di sekolah terus menarik untuk dibicarakan,
didiskusikan, dan menuntut untuk dipecahkan, karena masih banyak guru yang
punya anggapan bahwa mengajar hanyalah pekerjaan sambilan, padahal guru merupakan
faktor dominan dalam pendidikan formal pada umumnya karena bagi siswa, guru
sering dijadikan teladan dan tokoh panutan. Untuk itu guru seyogyanya memiliki
perilaku dan kemampuan yang memadai dalam mengembangkan peserta didik secara
utuh. Peran guru adalah perilaku yang diharapkan (expected behavior)
oleh masyarakat dari seseorang karena status yang disandangnya. Status yang
tinggi membuat seorang guru mengharuskan tampilnya perilaku yang terhormat dari
penyandangnya. Menurut Tilaar (2002: 296), dewasa ini masyarakat tetap mengharapkan
perilaku yang paling baik dan terhormat dari seorang guru.
c) Keterampilan
mengajar
Guru
harus memiliki beberapa komponen keterampilan mengajar agar proses pembelajaran
dapat tercapai, di antaranya yaitu 10 kompetensi guru yang merupakan profil
kemampuan dasar bagi seorang guru. Adapun 10 kompetensi guru tersebut menurut
Depdikbud (dalam Mulyasa, 2006: 4-5), meliputi: 1) menguasai bahan, 2)
mengelola program belajar mengajar, 3) mengelola kelas, 4) penggunaan media
atau sumber, 5) mengelola interaksi belajar mengajar, 6) menilai prestasi siswa
untuk kepentingan pengajaran, 7) mengenal fungsi layanan bimbingan dan
penyuluhan (BP), 8) mengenal menyelenggarakan administrasi sekolah 9) memahami
prinsip-prinsip 10) menafsirkan hasil penelitian pendidikan guru untuk keperluan
pengajaran.
d) Menilai
hasil belajar siswa
Evaluasi
diadakan bukan hanya ingin mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai siswa
saja, melainkan ingin mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan siswa atau peserta
didik yang telah dicapai. Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2005: 20) evaluasi
adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan data tentang sejauh mana
kerberhasilan anak didik dalam belajar dan keberhasilan guru dalam mengajar.
Pelaksanaan evaluasi dilakukan oleh guru dengan memakai instrument penggali
data seperti tes perbuatan, tes tertulis dan tes lisan.
2) Problem
eksternal
Problem eksternal yaitu problem yang berasal
dari luar diri guru itu sendiri. Menurut Nana Sudjana (1998: 42-43) mengemukakan
bahwa kualitas pengajaran juga ditentukan oleh karakteristik kelas dan
karakteristik sekolah.
a) Karakteristik
kelas seperti besarnya kelas, suasana belajar, fasilitas dan sumber belajar
yang tersedia.
b) Karakteristik
sekolah yang dimaksud misalnya disiplin sekolah, perpustakaan yang ada di
sekolah memberikan perasaan yang nyaman, bersih, rapi dan teratur.
Dalam
konteks pertimbangan faktor eksternal, terutama yang menyangkut lingkungan kerja,
ada beberapa hal yang mempengaruhi semangat kerja, yaitu:
(1) Volume
upah kerja yang dapat memenuhi kebutuhan.
(2) Suasana
kerja yang menggairahkan atau iklim.
(3) Pemahaman
sikap dan pengertian di kalangan pekerja.
(4) Sikap
jujur dan dapat di percaya dari kalangan pemimpin terwujud dalam kenyataan.
(5) Penghargaan
terhadap hasrat dan kebutuhan yang berprestasi (Need for Achievement).
(6) Sarana
yang menunjang bagi kesejahteraan mental dan fisik, seperti tempat olah raga,
masjid dan rekreasi.
2. Pengertian
Guru
Guru adalah sebuah
profesi, sebagaimana profesi lainnya merujuk pada pekerjaan atau jabatan yang
menuntut keahlian, tanggung jawab, dan kesetiaan. Suatu profesi tidak bisa
dilakukan oleh sembarang orang yang tidak dilatih atau dipersiapkan untuk itu.
Sebagai sebuah profesi, guru bekerja berdasarkan payung hukum (Westly Gibson
dalam Mulyasa, 2007: 8).
Sedangkan menurut
Huda (2001: 10), menjelaskan bahwa pengertian guru dapat dilihat dari dua sisi.
Pertama secara sempit, guru adalah ia yang berkewajiban mewujudkan program
kelas, yakni orang yang kerjanya mengajar dan memberikan pelajaran di kelas.
Sedangkan secara luas diartikan guru adalah orang yang bekerja dalam bidang
pendidikan dan pengajaran yang ikut bertanggung jawab dalam membantu anak-anak
dalam mencapai kedewasaan masing-masing. Selain pengertian di atas, Imran
(2011: 23) juga menambahkan bahwa guru adalah jabatan atau profesi yang
memerlukan keahlian khusus dalam tugas utamanya seperti mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi siswa pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
menengah. Hal di atas lebih ditegaskan lagi bahwa satu bidang pekerjaan
tertentu bisa dikatakan memiliki ciri keprofesionalan, apabila dilaksanakan
tidak secara amatiran.
Kurikulum 2013 diluncurkan
secara resmi pada tanggal 15 juli 2013, dan kurikulum ini sudah dilaksanakan
pada tahun pelajaran 2013/2014 pada sekolah-sekolah tertentu saja. 1 Kurikulum
2013 merupakan serentetan rangkaian penyempurnaan terhadap kurikulum yang telah
dirintis 2004 yang berbasis kompetensi lalu diteruskan dengan kurikulum 2006
(KTSP). Jadi perubahan kurikulum pendidikan suatu tuntutan yang mau tidak mau
harus tetap dilakukan tinggal penetapan tentang waktu saja.
Landasan
yuridis dan empiris kurikulum 2013 adalah Permendikbud Nomor 71 Tahun 2013
tentang buku teks pelajaran dan buku panduan guru. Setiap guru harus memahami
baik buku siswa maupun buku guru dan mampu menggunakannya dalam pembelajaran.
Selain
itu, Permendikbud Nomor 65 tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar
dan Menengah juga menjadi landasan yuridis dan empiris kurikulum 2013.
Implementasi kurikulum akan sesuai dengan harapan apabila guru mampu menyusun
RPP serta melaksanaan dan memahami konsep peniaian autentik serta melaksanakannya.
BAB III
METODOLOGI
PENELITIAN
A. Objek
penelitian
Adapun objek dan
informan dalam penelitian ini adalah guru Biologi dan Wakasek kurikulum. Hal
ini dipilih dengan pertimbangan bahwa mereka semua terlibat langsung dalam problematika
guru Biologi dan dan perkembangan kurikulum di Madrasah Aliyah Nurul Huda
Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon.
B. Instrument
Penelitian
Adapun instrument
dalam penelitian ini yaitu peneliti.
C. Pedoman
Wawancara
Metode interview adalah
teknik dalam upaya menghimpun data yang akurat untuk keperluan melaksanakan
proses pemecahan masalah tertentu sesuai data-data yang diperoleh. Wawancara
atau interview atau kuesioner lisan akan dilakukan oleh pewawancara (interviewer)
dengan mengajukan berbagai pertanyaan kepada terwawancara (interviewee) untuk
memperoleh informasi.
Teknik wawancara
dilakukan pada semua informan dan wawancara dilakukan lebih dari satu kali
sesuai dengan keperluan dengan tujuan memperoleh data secara lengkap.
Pelaksanaan wawancara dilakukan dengan pedoman atau panduan wawancara, dan
pertanyaan spontan yang dapat melengkapi data pada penelitian ini.
Tabel
Wawancara
No.
|
Narasumber
|
Pertanyaan
wawancara
|
Jawaban
|
1.
|
Wakasek
Kurikulum
|
1. Apa
tujuan dibentuknya kurikulum?
|
Untuk
mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi
dan warga Negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif dan afektif serta
mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan
peradaban dunia.
|
2. Bagaimana
penerapan Kurikulum 2013 di MA Nurul Huda Beringin?
|
Penerapan
kurtilas di MA ini belum sepenuhnya diterapkan di seluruh kelas, karena yang
menggunakan kurtilas hanya kelas X saja, sedangkan kelas XI dan XII belum.
|
||
3. Apa
perbedaan Kurtilas dengan KTSP?
|
Perbedaannya
yaitu KTSP menekankan pada aspek kognitif, Kurtilas ada keseimbangan antara
soft skills yang meliputi aspek afektif, psikomotor dan kognitif.
Kurtilas
jumlah JP/minggu lebih banyak dan jumlah MP lebih sedikit disbanding KTSP,
sedangkan KTSP jumlah JP lebih sedikit dan jumlah MP lebih banyak. Dan masih
banyak lagi perbedaan lainnya.
|
||
4. Mengapa
Kurikulum dilakukan perubahan?
|
Perubahan
dan perkembang-an zaman yang terus-menerus ini tentunya juga menjadi tuntutan
pagi pendidikan di Indonesia untuk berubah menjadi lebih baik lagi, termasuk
penyempurna-an kurikulum sebagai alat yang sangat penting untuk keberhasilan
pendidikan di Indonesia.
|
||
5. Apakah
perubahan Kurikulum akan membawa hasil yang lebih baik?
|
Setiap
perubahan pasti menginginkan kearah yang lebih baik, dengan perubahan
kurikulum ini telah membuat sebagian siswa menjadi lebih baik, meskipun
banyak keluhan dari siswa karena adanya penambahan jam pelajaran.
|
||
6. Apa
kekurangan dan kelebihan dari Kurtilas?
|
Pada
kurtilas siswa lebih ditekankan untuk berpikir lebih kreatif, inovatif, cepat
tanggap dan juga melatih keberanian seorang siswa. Pada kurtilas ini seorang
siswa akan dilatih logikanya, dan diberikan unsur keagamaan, unsur kehidupan
untuk membentuk karakter siswa.
Kekurangannya
banyak materi yang didiskusikan tetapi tidak ada bahan ajarnya, sehingga
harus memiliki buku penunjang yang dimiliki oleh individual siswa, anak
kesulitan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di buku Kurtilas, jika
tidak memiliki buku penunjang.
|
||
2.
|
Guru
Biologi
|
1. Bagaimana
kesiapan guru menghadapi Kurtilas?
|
Sebetulnya
belum ada kesiapan. Dalam hal ini, kesiapan guru dalam mengimplementasikan
kuri-kulum akan menjadi faktor penentu implementasi kurikulum baru.
Kurikulum
baru menuntut guru untuk melaksanakan pembelajaran yang berbasis tematik
integrative. Selain itu, dalam kompetisi pedagogic, guru dituntut untuk
memahami karakteristik peserta didik, sehingga guru dapat menerapkan
pendidikan karakter. Kurtilas menggunakan pendekatan Saintific Learning Approach tidak hanya kegiatan komunikasi reciprocal, tetapi guru dituntut
memiliki kesiapan (kemampuan dan kemauan) memanfaatkan media pelajaran.
|
2. Efisienkah
sistem pembelajaran di Kurtilas?
|
Tidak
efisien, karena tidak mendetail atau tidak menjurus ke satu Mata Pelajaran,
malah membuat berkurang ilmu pengetahuan siswa, dan juga pelajarannya lebih
tinggi tidak sesuai kemampuan anak.
|
||
3. Apakah
siswa dapat lebih mudah menyerap materi dalam Kurtilas?
|
Hanya
beberapa anak yang mampu menerima dengan baik, namun sebagian besar siswa
merasa kesulitan karena adanya Kurtilas ini.
|
||
4. Bagaimana
pengaruh Kurtilas terhadap psikologi anak?
|
Tidak
begitu berpengaruh, hanya saja mereka jadi lebih ditekankan lagi dalam
belajar dan lebih dituntut untuk berpikir kritis.
|
||
5. Apakah
Kurikulum ini sejalan dengan misi dan tujuan sekolah MA Nurul Huda?
|
Tidak,
begitu sejalan. Karena anak menjadi kekurangan ilmu pengetahuan yang
disebabkan oleh beberapa mata pelajaran yang dikurangi.
|
||
6. Apakah
banyak keluhan dari siswa mengenai Kurtilas yang telah diterapkan?
|
Tidak
begitu banyak, karena kembali kepada gurunya bisa membuat siswa paham atau
tidak. Hanya saja siswa sibuk mencari buku penunjang. Karena dari Kurtilas
tidak tersedia jawaban yang sesuai.
|
||
7. Apakah
ada pelatihan tentang Kurikulum 2013 untuk Guru Biologi di MA Nurul Huda?
|
Ada,
namun belum menyeluruh. Artinya belum tentu semua guru sudah mendapatkan
pelatihan.
|
||
|
|
8. Jika
benar akan diadakan perombakan sistem pendidikan khususnya pada Kurtilas,
apakah Anda setuju dengan keputusan tersebut?
|
Setuju,
karena isi atau pokok bahasan pertemanya tidak tepat, Kurtilas lebih ringan,
tidak hebat, tidak membuat banyak siswa menjadi paham, dan aspek afektif yang
ditekankan pada tujuan kurtilas ini tidak mempengaruhi sikap para peserta
didik.
|
DAFTAR PUSTAKA
Harahap.
2014. Kurikulum dan pembelajaran. Jakarta:
Bumi Aksara.
Huda.
2001. Belajar dan Pembelajaran. Semarang:
IKIP.
Imran.
2011. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
Pustaka Jaya.
Iskandar,
Agung. 2010. Meningkatkan Kreativitas
Pembelajaran Bagi Guru. Jakarta: Bestari Buana Murni.
Mulyasa.
2013. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Muhaimin,
2002.
Nana
Sudjana. 1998. Dasar-dasar Proses Belajar
Mengajar. Bandung:
Sinar Baru.
Putri.
2013. Implementasi Kurikulum 2013 Guru
Mata Pelajaran IPA di SMP 2 Banyudhono. Jurnal
Pendidikan: Vol. X, No. 2, halaman: 65.
Sutan,
Rajasa. 2002. Desain Belajar Kreatif
Berbasis Sains. Jakarta: Diva.
Syaiful,
B.D. 2005. Guru dan Anak Didik dalam
Interaksi edukatif. Jakarta:
Rineka Cipta.
Tilaar.
2002. Membenahi Pendidikan Nasional. Jakarta:
Rineka Cipta.
0 komentar:
Posting Komentar