Peran Sel Fibroblast pada Proses
Penyembuhan Luka Akibat Nekrosis Fibrinoid
The Role of Fibroblast Cells in the Healing Process of Fibrinoid Necrosis
The Role of Fibroblast Cells in the Healing Process of Fibrinoid Necrosis
Nunung Nurjanah
Abstrak
Nekrosis merupakan kematian sel
sebagai akibat dari adanya kerusakan sel akut atau trauma, (misalnya:
kekurangan oksigen, perubahan suhu yang ekstrim, dan cidera mekanis), dimana
kematian sel tersebut terjadi secara tidak terkontrol yang dapat menyebabkan
rusaknya sel, adanya respon peradangan dan sangat berpotensi menyebabkan
masalah kesehatan yang serius. Salah satu penyebab nekrosis fibrinoid yaitu
terjadi karena kecelakaan yang menyebabkan terjadinya luka, misalnya luka pada
bagian kulit seperti luka baring, luka bakar, luka sayatan, dan lain-lain.
Penelitian ini menggunakan metode studi literatur serta dilengkapi dari
sumber-sumber lain dari beberapa jurnal maupun buku-buku yang mendukung.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran dari sel fibroblast pada proses
penyembuhan luka akibat nekrosis fibrinoid. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sel fibroblast menjadi agen utama dalam proses penyembuhan luka. Peran
fibroblast sangat besar pada proses perbaikan, yaitu bertanggung jawab pada
persiapan menghasilkan produk struktur protein yang akan digunakan selama
proses rekonstruksi jaringan.
Kata kunci: luka, nekrosis, sel fibroblast.
Pendahuluan
Sel
mati atau rusak sering dijumpai pada jaringan dan terjadi akibat pergantian
normal sel, involusi jaringan sebagai bagian perkembangan normal atau kebutuhan
fungsional dan akhirnya sebagai akibat proses patologis tertentu yang
menyebabkan cidera sel yang mematikan. Jaringan epitel merupakan sel yang labil
yang sel-selnya harus diperbaharui oleh aktivitas mitosis (Sumbayak, 2011).
Nekrosis
merupakan kematian sel sebagai akibat dari adanya kerusakan sel akut atau
trauma, (misalnya: kekurangan oksigen, perubahan suhu yang ekstrim, dan cidera
mekanis), dimana kematian sel tersebut terjadi secara tidak terkontrol yang
dapat menyebabkan rusaknya sel, adanya respon peradangan dan sangat berpotensi
menyebabkan masalah kesehatan yang serius. Stimulus yang terlalu berat dan
berlangsung lama serta melebihi kapasitas adaptif sel dimana sel tidak mampu
lagi mengompensasi tuntutan perubahan. Nekrosis fibrinoid disebabkan oleh
kekebalan yang diperantarai vaskular kerusakan. Hal ini ditandai dengan
deposisi fibrin seperti protein bahan di arteri dinding. Nekrosis merupakan
kematian sel jaringan akibat jejas saat individu masih hidup (Lestari, 2011).
Jaringan
nekrotik akan menyebabkan peradangan sehingga jaringan nekrotik tersebut
dihancurkan dan dihilangkan dengan tujuan membuka jalan bagi proses perbaikan
untuk mengganti jaringan yang nekrotik. Jaringan nekrotik dapat diganti oleh
sel-sel regenerasi atau malah digantikan jaringan parut. Jika daerah nekrotik
tidak dihancurkan atau dibuang, maka akan ditutup oleh jaringan fibrosa dan
akhirnya diisi garam-garam kalsium yang diendapkan dari darah di sekitar
sirkulasi nekrotik (Sarjadi, 2003).
Metode Penelitian
Penelitian
ini menggunakan metode studi literatur serta dilengkapi dari sumber-sumber lain
dari beberapa jurnal maupun buku-buku yang mendukung.
Pembahasan
Salah
satu penyebab nekrosis fibrinoid yaitu terjadi karena kecelakaan yang
menyebabkan terjadinya luka, misalnya luka pada bagian kulit seperti luka
baring, luka bakar, luka sayatan, dan lain-lain. Sel yang berperan dalam proses
penyembuhan luka yaitu sel fibroblast. Proses penyembuhan luka tersebut
membutuhkan waktu yang berbeda-beda, tergantung dari kondisi tubuh dan usia
dari setiap individu.
Pada
orang dewasa, fibroblas dalam jaringan mengalami perubahan. Mitosis hanya
tampak jika organisme memerlukan fibroblas tambahan, yaitu jika jaringan ikat
cedera. Fibroblas lebih aktif mensintesis komponen matriks sebagai respon
terhadap luka dengan berproliferasi dan peningkatan fibrinogenesis. Oleh sebab
itu, fibroblas menjadi agen utama dalam proses penyembuhan luka. Secara struktural jaringan ikat terdiri dari
3 komponen yaitu sel-sel jaringan ikat (salah satunya fibroblas), serabut
jaringan ikat, dan bahan dasar. Sel-sel pembentuk jaringan ikat ialah
fibroblas, makrofag, sel mast, leukosit, sel plasma, sel lemak, sel pigmen, dan
sel mesenkim. Fungsi utama fibroblas adalah pembentuk substansi dasar dan
serabut kolagen.
Serabut
jaringan ikat tersusun dari matriks-matriks, serat-serat yang di hasilkan oleh
fibroblas dan di temukan di dalam matriks ialah serat kolagen, terdiri dari
sejumlah berkas fibril pararel. Secara kimia serat ini tersusun dari protein kolagen. Serat yang segar berwarna putih,
lebar, dan kuat. Serat elastik, terbentuk secara tunggal (tidak dalam berkas)
dan secara kimia tersusun dari protein elastin. Warnanya kuning, lebih besar
namun jauh lebih tipis dar serat kolagen, dan tidak terlalu kuat namun memiliki
tingkat elastisitas yang besar. Serat Retikular, Serat retikular terdiri dari
kolagen, tetapi berbeda jumlah, diameter, dan susunan fibrilnya. Serat ini
tipis, tidak elastis, dan bercabang untuk membentuk suatu jaringan yang baik,
atau retikulum, untuk menyangga organ lunak seperti hati dan limpa. Oleh karena
itu sel fibroblas sangat berperan dalam pembentukan jaringan ikat.
Sel
fibroblas (L. fibra, serat: Yunani. blatos, benih: Latin) merupakan sel yang
paling umum ditemui pada jaringan ikat dan mensintesis beberapa komponen matriks
ekstraseluler (kolagen, elastin, retikuler), beberapa makromolekul anionik
(glikosaminoglikans, proteoglikans) serta glikoprotein multiadhesiv, laminin,
dan fibronektin) yang dapat mendorong perlekatan sel pada substrat. Di samping
itu, sel fibroblas mensekresikan sitokin dan beberapa faktor pertumbuhan
(growth factors) diantaranya dapat menstimulasi proliferasi sel dan menghambat
proses diferensiasi.
Kultur
in vitro sel-sel fibroblas dilaporkan mensekresikan sekitar 175 jenis protein, diantaranya adalah
beberapa faktor yang mampu menghambat diferensiasi sel seperti basic fibroblast
growth factor (bFGF/FGF2). Fibroblas mempunyai
2 (dua) tahap aktivitas yaitu: aktif dan tenang. Sel-sel dengan
aktivitas sintesis yang tinggi secara morfologis berbeda dari fibroblas tenang,
yang tersebar dalam matriks yang telah disintesis sel-sel tersebut. Fibroblas
pada saat sedang aktif menghasilkan substansi internal, sel ini memiliki
juluran sitoplasma lebar atau tampak berbentuk kumparan. Sitoplasmanya yang
banyak bersifat basofil dan anak intinya sangat jelas, yang menandakan adanya
sintesis protein secara aktif.2,3
Fibroblas merupakan sel induk yang berperan membentuk dan meletakkan
serat-serat dalam matriks, terutama serat kolagen (Gambar 1). Sel ini
mensekresi molekul tropokolagen kecil yang bergabung dalam substansi dasar
membentuk serat kolagen. Kolagen akan memberikan kekuatan dan integritas pada
semua luka yang menyembuh dengan baik (Sumbayak 2011).
Luka
merupakan keadaan rusaknya jaringan tubuh. Setelah terbentuk luka, akan terjadi
proses yang sangat kompleks. Proses tersebut terdiri dari fase homeostasis dan
inflamasi, proliferasi dan maturasi. Pada fase proliferasi akan terlihat
peningkatan jumlah sel dan faktor-faktor penyembuhan luka, salah satunya yaitu
terjadi proliferasi fibroblas. Proliferasi dari fibroblas menentukan hasil
akhir dari penyembuhan luka. Fibroblas akan menghasilkan kolagen yang akan
menautkan luka, dan fibroblas juga akan mempengaruhi proses reepitelisasi yang
akan menutup luka.7 Peran fibroblas sangat besar pada proses perbaikan, yaitu
bertanggung jawab pada persiapan menghasilkan produk struktur protein yang akan
digunakan selama proses rekonstruksi jaringan.
Fungsi
kolagen yang lebih spesifik adalah membentuk cikal bakal jaringan baru
(connective tissue matrix) dan dengan dikeluarkannnya subtrat oleh fibroblas,
memberikan tanda bahwa makrofag, pembuluh darah baru dan juga fibroblas sebagai
satu kesatuan unit dapat memasuki kawasan luka.
Penyembuhan
luka adalah suatu proses dinamik kompleks yang menghasilkan pemulihan terhadap
kontinuitas anatomik dan fungsi jaringan setelah terjadi perlukaan. Penyembuhan
luka dibagi dalam tiga tahap yang saling berhubungan dan tumpang tindih dalam
waktu terjadinya, yaitu peradangan, pembentukan jaringan (proliferasi); dan remodeling jaringan. Salah
satu tujuan utama tubuh pada proses perbaikan luka kulit ialah mengembalikan
fungsi kulit sebagai sawar fungsional (Kalangi, 2013).
Sel
yang bertanggung jawab pada kontraksi luka adalah miofibroblas. Miofibroblas
merupakan sel mesenkim dengan fungsi dan karakteristik sruktur seperti
fibroblas dan sel otot polos. Sel tersebut merupakan komponen seluler jaringan
granulasi atau jaringan parut yang membangkitkan tenaga kontraktil.
Miofibroblas berasal dari fibroblas luka. Mikrofilamen aktin tersusun sepanjang
aksis panjang fibroblas dan berhubungan dengan dense bodies untuk tambahan pada
sekeliling matriks seluler. Miofibroblas juga memiliki tambahan fungsi unik
yang menghubungkan sitoskeleton ke matriks ekstraseluler yang disebut
fibroneksus. Fibroneksus dibutuhkan untuk koneksi yang menjembatani membran sel
antara mikrofilamen interseluler dan fibronektin ekstraseluler. Jadi, kekuatan
kontraksi luka mungkin disebabkan oleh kumparan aktin dalam myofibroblas, dan hal
tersebut diteruskan ke tepi luka oleh ikatan sel-sel dan sel matriks.
Proses
akhir dari penyembuhan luka adalah pembentukan jaringan parut, yaitu jaringan
granulasi yang berbentuk spindel, kolagen, fragmen dari jaringan elastik dan
berbagai komponen matriks ekstraselular. Jaringan yang mengalami perlukaan/
peradangan, maka fibroblas akan segera bermigrasi ke arah luka, berproliferasi
dan memproduksi matriks kolagen dalam jumlah besar yang akan membantu
mengisolasi dan memperbaiki jaringan yang rusak.
Kesimpulan
Nekrosis
merupakan kematian sel sebagai akibat dari adanya kerusakan sel akut atau
trauma, (misalnya: kekurangan oksigen, perubahan suhu yang ekstrim, dan cidera
mekanis), dimana kematian sel tersebut terjadi secara tidak terkontrol yang
dapat menyebabkan rusaknya sel. Salah satu penyebab nekrosis fibrinoid yaitu
terjadi karena kecelakaan yang menyebabkan terjadinya luka, misalnya luka pada
bagian kulit seperti luka baring, luka bakar, luka sayatan, dan lain-lain. Peran
fibroblas sangat besar pada proses perbaikan, yaitu bertanggung jawab pada
persiapan menghasilkan produk struktur protein yang akan digunakan selama
proses rekonstruksi jaringan.
Daftar Pustaka
Kalangi,
Sonny J. R. 2013. Histologi Kulit. Jurnal
Biomedik (JBM), Volume 5, No. 3, Suplemen,
November
2013, hlm. S12-20.
Lestari,
A.S dan Mulyono Agus. 2011. Analisis
Citra Ginjal Untuk Identifikasi Sel Piknosis dan Sel
Nekrosis.
Vol.4, No. I. Hal: 48-66.
Utomo,
Pringgo S. dan Himawan, A.T. 2002. Buku
Ajar Patologi I. Jakarta: EGC.
Sarjadi.
2003. Patologi Umum. Semarang:
Universitas Diponegoro.
Sumbayak,
Erma Mecorry. 2011. Regenerasi Epitel. Bagian
Histologi Fakultas Kedokteran Ukrida,
Jakarta
Barat. 4 hlm.
Sumbayak,
Erma Mecorry. 2011. Fibroblas: Struktur
dan Peranannya dalam Penyembuhan Luka.
Bagian
Histologi Fakultas Kedokteran Ukrida, Jakarta Barat. 6 hlm.
0 komentar:
Posting Komentar