Contoh 1
Strategi
Internalisasi Karakter Peduli Lingkungan Siswa
di
SMA Negeri 1 Astanajapura
Kelompok
2
Nisa
Kusdiyani, Nunung Nurjanah, Nurika
Masalah : Dewasa
ini siswa memiliki karakter peduli lingkungan
Yang rendah, dilihat dari kurangnya
partisipasi
dalam menjaga kebersihan di lingkungan
sekolah,
guru ingin membentuk suatu strategi untuk meng-
atasi masalah tersebut.
Variabel :
-Independent (Strategi pembentukan karakter)
-Dependent (Karakter peduli Lingkungan)
Pertanyaan : Bagaimana cara guru untuk
membentuk karakter
Peduli lingkungan
terhadap siswa di SMAN 1
Astanajapura.
Tujuan Penelitian :
Untuk membentuk karakter peduli lingkungan ter-
hadap siswa
di SMAN 1 Astanajapura.
Manfaat Penelitian :
Agar dapat membentuk karakter peduli lingkungan
terhadap siswa di SMAN 1 Astanajapura dengan menggunakan strategi internalisasi.
Latar Belakang :
Lingkungan hidup merupakan permasalahan yang tak kunjung
usai. Masalah lingkungan hidup bukanlah hal yang baru, melainkan sama dengan
usia bumi kita ini, yang usianya sekitar 5 (lima) miliyar tahun. Buktinya
beribu jenis hewan dan tumbuhan sudah banyak yang mengalamai kepunahan. Di
negara-negara berkembang masalah lingkungan tidak kalah pentingnya dibandingkan
dengan negara maju, namun kasus dan penyebabnya tidaklah sama. Jika di
negara-negara maju yang menjadi penyebab utamanya adalah limbah-limbah industri
seperti mercury, gas beracun, smog dsb, maka di jinegara-negara berkembang
seperti Indonesia adalah limbah rumah tangga dan kotoran manusia.
Seorang pendidik dan ahli ilmu jiwa cendung berpendapat
bahwa penyebab kesusakan lingkungan hidup dikarenakan pendidikan Islam tidak
tertanam dengan baik dan menyebabkan tidak dijalankannya ajaran agama dengan
baik. Meskipun para ahli berbeda pendapat tentang sebab terjadinya kerusakan
namun tidak ada yang membantah bahwa manusia adalah salah satu penyebab
kerusakan alam tersebut.
Bagaimana menyadarkan manusia supaya tidak lagi melakukan
tindakan-tindakan yang menyebabkan menurunnya kualitas lingkungan hidup, dan
dengan penuh kesadaran mereka berhenti melakukan perbuatan itu, kemudian
berbalik melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat melestarikan lingkungan
sehingga ekosistem aman dan terjaga kelesatariannya. Banyak cara yang dapat
dilakukan untuk memberikan pemahaman yang baik tentang lingkungan terhadap
setiap individu, seperti penerangan, penyuluhan, bimbingan, dan pendidikan
(formal dan non formal mulai dari TK, SD hingga perguruan tinggi)
Sementara menurut Hamzah, 2013 memaparkan bahwa karakter
bukanlah semata-mata talenta bawaan individu, akan tetapi merupakan hasil
bentukan manusia dan lingkungan tempat ia tinggal, hidup, dan dibesarkan. Dan
bagaimana cara membentuk karakter tersebut, secara akademis tentu jawabannya
hanya satu, yaitu “pendidikan”. Pendidikan memungkinkan untuk membentuk
karakter selaku manusia seperti yang diharapkan (Hamzah, 2013: 42-43).
Hamzah (2013: 37) menegaskan bahwa pendidikan lingkungan
adalah sebuah kebutuhan yang tak terelakkan bila kita ingin mewujudkan
masyarakat madani seperti yang dicita-citakan. Dan yang penting digaris bawahi
di sini bahwa pendidikan lingkungan memiliki misi untuk membentuk karakter
manusia dalam kaitannya dengan lingkungannya guna kemaslahatan umat manusia
dimuka bumi.
Kemudian Yusuf (2012: 12) menyampaikan hal senada, bahwa pengalaman
masa kecil mempunyai pengaruh yang kuat terhadap perkembangan selanjutnya.
Dalam arti apabila pengalaman dan pemahaman yang baik tentang lingkungan
dikenalkan sejak usia dini maka akan memberikan dampak yang positif dan akan
membentuk karakter peduli lingkungan siswa di masa yang akan datang.
Kementerian Lingkungan Hidup pada tahun 2006 mengembangkan
program pendidikan lingkungan hidup pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
melalui program Adiwiyata. Program Adiwiyata adalah salah satu program
Kementerian Negara Lingkungan Hidup dalam rangka mendorong terciptanya
pengetahuan dan kesadaran warga sekolah sehingga menjadi sebuah karakter peduli
lingkungan dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. Pada awalnya program ini dilaksanakan
di 10 sekolah di Pulau Jawa sebagai sekolah model dengan melibatkan perguruan
tinggi dan LSM yang bergerak di bidang Pendidikan lingkungan hidup (Kerjasama
Kementerian Lingkungan Hidup dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
2011: 2).
Contoh 2
PENGARUH PEMBERIAN PAKAN
DARI SUMBER NABATI DAN HEWANI TERHADAP BERBAGAI ASPEK FISIOLOGI IKAN GURAMI (Osphronemus
gouramy L.)
Nunung Nurjanah Biologi C/VI
1.
Latar
Belakang
lkan gurami ( Osphronemus gowramy L.) merupakan
ikan air tawar yang memiliki gizi tinggi dan nilai ekonomis penting serta
banyak digemari oleh masyarakat Indonesia. Ikan gurami mampu bertahan hidup
pada kondisi lingkungan yang berkadar oksigen rendah karena adanya alat pernapasan
tambahan berupa labirin.
Ikan
gurame (Osphronemus gouramy) termasuk ikan yang diunggulkan dalam
budidaya perikanan karena memiliki nilai jual yang lebih tinggi dibandingkan
dengan ikan air tawar lainnya (Affandi et al., 2004). Harga ikan gurame
yang relatif lebih mahal dari ikan lainnya dan mudah dalam budidayanya membuat
banyak petani ikan di Lampung memilih ikan gurame sebagai organisme utama
budidaya. Data statistik Kementerian Kelautan dan Perikanan menunjukkan bahwa
produksi ikan gurame pada tahun 2011 mencapai 6.312 ton naik sebesar 2.215 ton
dari tahun 2010 yaitu sebesar 4.097 ton (Kementerian Kelautan dan Perikanan,
2013).
Komposisi pakan yang baik untuk ikan gurame yaitu protein
30-32% dan karbohidrat 20–30% dalam komposisi tersebut terlihat bahwa kandungan
protein merupakan jumlah yang lebih dominan dibandingkan karbohidrat. Protein merupakan
sumber protein hewani yang berasal dari ikan sehingga dapat mudah diserap oleh
tubuh ikan (Helver and Hardi., 2002; Webster, 2002). Akan tetapi pada
ikan herbivora, karbohidrat pada pakan dapat digunakan dengan lebih efektif
sebagai sumber energi dan kelebihannya disimpan dalam bentuk lemak (Kusumah,
2010). Sehingga ikan herbivora dapat memanfaatkan karbohidrat untuk pertumbuhan
dengan dibantu oleh enzim pencernaan yang dapat memecah karbohidrat yaitu enzim
amilase.
Cara alternatif yang diperlukan untuk meningkatkan
aktivitas enzim amilase (karbohidrase) yaitu dengan menggunakan bahan alami
yang ramah lingkungan dan mudah dimanfaatkan oleh ikan gurame. Subtitusi
protein dengan karbohidrat dilakukan agar tingginya jumlah komposisi protein
pada pakan ikan tidak lagi menjadi permasalahan utama bagi pembudidaya ikan
gurame.
Laju pertumbuhan ikan gurami sangat lambat bila
dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya. Rendahnya laju pertumbuhan tersebut
diduga berkaitan dengan cara pemberian pakan dalam budidayanya, yang hanya
berupa daun kangkung air clan sisa makanan manusia (Hatimah, 1991). Laju
pertumbuhan yang renclah ini menurut Carter and Bra field (1992) disebabkan
oleh tidak tercapainya keseimbangan nutrisi pakan yang dibutuhkannya. Pakan
buatan berupa pelet komersial sangat memacu laju pertumbuhan ikan gurami namun
harganya sangat maha1 sehingga peternak ikan gurami tidak mampu untuk
membelinya. Selain itu belum adanya pakan alami yang khusus untuk meningkatkan aspek
fisiologi (yaitu efisiensi daya serap, laju pertumbuhan dan kecepatan
pertumbuhan spesifik) ikan gurami.
Bahan yang digunakan adalah ikan gurami, pelet dari
tepung ikan yang dijual di pasaran sebagai sumber hewani dan ampas tahu sebagai
sumber nabati. Alat yang digunakan adalah timbangan dan 6 akuarium.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL).
Masing-masing perlakuan dilakukan tiga kali ulangan. Perlakuan tersebut adalah
sebagai berikut.
a.
Perlakuan A = pelet dari tepung ikan yang
dijual di pasaran sebagai sumber hewani
b.
Perlakuan B = ampas tahu sebagai sumber
nabati
Pakan ampas tahu yang diberikan cukup membantu
perekonomian warga yang memiliki ternak ikan gurami, karena harganya yang murah
dan juga sebagai pemanfaatan sisa hasil produksi tahu. Bahkan ada yang
memberikan ampas tahu secara gratis atau cuma-cuma.
2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini dibagi menjadi dua tahapan, yaitu:
a. Identifikasi
Masalah
Masalah-masalah
yang dialami yaitu lambatnya Laju pertumbuhan ikan gurami bila dibandingkan
dengan ikan air tawar lainnya.
1) Wilayah
Penelitian
Wilayah penelitian ini
adalah Pemberian pakan nabati (ampas tahu) dan pelet ikan.
2) Pendekatan
Penelitian
Pendekatan yang digunakan
adalah pendekatan kuantitatif.
3) Jenis
Masalah
Jenis masalah dalam
penelitian ini yaitu rendahnya pertumbuhan ikan gurami karena perubahan kebiasaan makan.
b. Pertanyaan
Penelitian
1) Bagaimana
cara dalam meningkatkan pertumbuhan ikan gurami?
2) Berapa
besar peningkatan pertumbuhan ikan gurami setelah diberi pakan nabati (ampas
tahu) dan hewani (pellet ikan)?
3) Bagaimana
perubahan aspek fisiologis ikan gurami setelah diberi pakan ampas tahu dan pellet
ikan?
3.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari
dilakukannya penelitian ini adalah :
a.
Mengetahui
cara dalam meningkatkan pertumbuhan ikan gurami.
b.
Mengetahui
laju peningkatan pertumbuhan ikan gurami.
c.
Mengetahui
perbandingan aspek fisiologis ikan gurami yang telah diberi perlakuan.
4. Manfaat Penelitian
a.
Bagi
Peneliti
Peneliti dapat mengetahui cara meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan ikan gurami. Serta mengetahui aspek fisiologis
setelah diberi pakan nabati dan hewani.
b.
Bagi
Peternak
Peternak dapat meningkatkan kualitas ikan gurami dan mempercepat
pertumbuhannya. Selain itu dapat menguntungkan peternak karena menambah
wawasan.
0 komentar:
Posting Komentar